Saat aku bercerita asik dengan istriku, tiba-tiba telpon rumahku pun berbunyi dan istriku meminta ijin untuk mengangkat telponnya. Aku hanya dapat menatapi foto Denny. Ya.... semenjak aku, istriku, dan Danny tinggal di Washington.
Sabtu sore itu, aku dan istriku berjalan-jalan ke sebuah taman di tengah kota. Aku pun melihat Denny sedang berpacaran dengan pasangannya yang terbilang suka terhadap sesama jenis itu. Ya memang, kota-kota di negara-negara barat bebas untuk para gay, tapi aku jijik melihatnya. Aku dan istriku pergi meninggalkan Denny, dan Denny menghampiriku yang sepertinya ia tahu bahwa aku sudah jijik dengannya.
"Kent tunggu!" Denny yang seolah-olah menahanku untuk pergi.
"Apa? Mau alasan apalagi ha? Aku sudah jijik dan muak melihatmu bersama pasangan gay mu..."
"Ya memang kuakui, aku memang gay, tapi aku bukanlah monster ataupun makhluk gaib yang tidak memiliki perasaan. Aku tetaplah manusia biasa, yang ingin memiliki sahabat!!!" Kata Denny sambil menangis.
Aku saat itu merasa tersentuh dengan kata-katanya, tapi aku sudah jijik dan tidak sudi untuk memiliki sahabat sepertinya. Lalu aku dan istriku meninggalkannya ke hotel. Dan saat aku bersama istriku ingin menyebrang jalan menuju hotelku, tiba-tiba sebuah truk yang melaju sangat kencang menyeruduk diriku. Aku pun tak berdaya dan langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar